Seorang pria yang melakukan pelecehan seksual dengan meraba-raba bagian tubuh wanita di kereta api, atau biasa dikenal dengan isitlah chikan, memang menjadi salah satu masalah kejahatan serius yang ada di Jepang.
Terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan untuk membantu terhindar dari chikan, seperti menggunakan kereta khusus wanita hingga stiker rasa malu yang tidak mungkin bisa di cuci, yang dapat dicapkan oleh para korban wanita di tangan orang yang melakukan tindakan tersebut. Kumi Sasaki yang merupakan seorang korban chikan baru-baru ini menerbitkan sebuah buku, dimana ia mencatat pengalaman traumatisnya.
Le harcèlement des très jeunes filles dans les transports au Japon. Kumi Sasaki en témoigne dans Tchikan #BalanceTonPorc #harcelement pic.twitter.com/4VFWrixVyx— Thierry Marchaisse (@EditionsTM) October 17, 2017
Sejak usia 12 tahun hingga 18 tahun, ia selalu diraba-raba di hampir setiap hari dalam perjalanan pulang perginya dari sekolah, selama enam tahun berturut-turut. Sasaki sendiri saat ini tinggal di Paris, bukunya pun berbahasa Perancis dan diterbitkan di negara tersebut dengan judul Tchikan yang rilis pada bulan November tahun lalu.
Ia menggambarkan kejadian yang terjadi di seluruh sekolah menengah dan atas yang untuknya, semuanya mengerikan dan menyeramkan. Ia pun mengingat kejadian chikan pertama kalinya saat berada di Jalur Yamanote di Tokyo, ia merasa tangan pria yang menggosoknya. Sebuah ilustrasi pun dibuat di bukunya dengan tulisan seperti ini, Kiri: "Apa yang orang lihat di luar." dan "Saya di sini!", Kanan: "Apa yang terjadi di dalam."
“Le #tchikan se sent chanceux d’avoir pu toucher la main d’une femme. Et c’est le début, pour certains, de toute une série d’agressions. Ils s’attaquent surtout aux plus jeunes, plus fragiles, plus vulnérables”. #NeRienLaisserPasser https://t.co/ffs89Ju8yW pic.twitter.com/nsfzfkIuy3— Jean François Porchez (@jfporchez) November 25, 2017
"Jari-jari tangannya yang tidak biasa masuk ke dalam kerah blusku. Lalu ia menyentuh punggungku, dia menyetuh kakiku, pinggangku, bahkan bokongku. Dia meletakkan tangannya langsung di bawah pipi, dengan diam mengangkat rokku hanya dengan menggerakan jarinya, dan dia menyentuh paha kiriku di bawah rokku." ujar Sasaki dalam bukunya. Tidak berakhir hingga di situ, hampir setiap hari selama enam tahun berikutnya, Sasaki terus diserang selama perjalanannya menggunakan kereta. Pelakunya pun bervariasi dari pria berusia belasan hingga usia tujuh puluhan.
Sasaki menulis buku Tchikan ini, untuk menyebarkan kabar tentang bagaimana chikan lebih berbahaya daripada yang orang sadari. Ia mengatakan bahwa banyak orang Jepang menganggap ini hanyalah sebuah hal kecil, dan bukan merupakan suatu masalah besar. Insiden chikan yang diperlakukan sepele di Jepang membuat Sasaki terisolasi hingga tidak bisa mencari pertolongan untuk melepaskan rasa sakitnya, dan dengan menulis buku ini ia ingin menunjukkan seberapa dalam luka yang dihasilkan dari tchikan tersebut.
Source : Japanese Station
#article #japan #culture #lifestyle #scandal #chikan #kumisasaki
EmoticonEmoticon